4 Hari menjadi Ibu

Sejak senin kemaren istriku meninggalkanku berdua dengan anak lelakiku yang masih berusia 4 keluar kota demi sebuah tugas yang harus ditunaikan dari kantornya. Aku mengantarnya sampai ketempat pelatihan dan langsung balik pulang karena Rere menunggu dirumah dengan ‘mbak’nya. Sebenarnya bukanlah pertama kali aku ditinggal seperti ini, karena dalam setahun kemaren sudah 3 – 4 kali istriku bertugas keluar kota untuk pelatihan ataupun seminar, jadi bukan menjadi masalah baru bagiku.

Kepergian istriku kali ini ditambah dengan mertuaku yang sedang sakit dan perlu perawatan, sedangkan kejadian sebelumnya saat ditinggal istri urusan memasak dan sebangsanya tidak menjadi masalah karena masih ada mertua dirumah. Kali ini bukan hanya urusan masak yang menjadi kendala tapi juga mengurus 2 orang yang perlu perhatian khusus yang membuat ini menjadi hal baru dan layak untuk dicoba. Kalau aku bilang sih bukan beban, akan tetapi sebuah kewajiban yang harus ditunaikan dengan baik sehingga semuanya bisa berjalan lancar dan sukses.

Entah seperti apa biasanya istriku melakukan kegiatan sehari – harinya, apakah sudah terplaning dengan baik ataukah sesuai dengan suasana hati (mood) untuk kegiatannya itu. Sebagai seorang lelaki yang biasa membuat rencana dan time schedule, aku menerapkannya dikegiatan ini. Mulai dari pagi bangun trus menyiapkan masakan, menanak nasi, masak air, sampai dengan menyiapkan kebutuhan mertua dan si Rere telah kusiapkan dengan akurasi waktu yang sudah kutetapkan.

Hari pertama berjalan lancar tanpa ada halangan berarti, dan sampai pulang kerumah pun ‘mbak’nya sudah menunggu dan siap untuk pulang. Rere bagiku bukan hanya seperti anak kecil yang memang suka bermain dan bermanja – manja. Akan tetapi lebih seperti seorang saudara, sahabat, sekaligus seorang anak bagiku. Disaat mamanya tidak ada kedewasaan berpikir Rere terbentuk dengan sendirinya tanpa ada komando yang menyuruhnya berperilaku seperti itu. Hal ini yang membuatku merasa sangat nyaman dan semakin mencintai dan menyayanginya sekaligus mamanya juga 😀

Hari kedua si Rere mulai berulah dengan ‘mbangkong’ (bangun siang) dan tidak mau mandi sampai aku selesai mengerjakan perkerjaan rumah tangga seperti hari kemarennya. Walhasil akupun terlambat masuk kekantor kondisi mood menjadi sedikit kurang nyaman. Kondisi ini didukung dengan turunnya hujan yang tak kunjung reda padahal aku harus pulang ontime supaya mbak bisa pulang kerumahnya tepat waktu dan itupun tak terjadi. Aku harus sedikit pulang terlambat karena masih harus mencari tumpangan untuk pulang.

Hari ini, tabung LPG habis dan harus keluar rumah dipagi buta supaya dapur tetap ‘ngebul‘dan kita semua bisa makan. Cuaca tidak jauh berbeda dengan hari kemaren, tetapi Rere malah tidur pulas saat aku pulang kantor. Mungkin hawanya memang nyaman untuk dibuat tidur. Lapar …… saat aku menulis ini perut masih kosong akibat berinternet ria dan ngecek Facebook Games karena sudah addicted. Semoga besok sudah membaik dan bisa mengatur waktu kembali supaya tidak kecanduan Facebook. Duh….

Besok istriku pulang dan aku kembali menjadi seorang Bapak lagi … Oh indah menjadi menjadi seorang bapak ternyata …. Terimakasih mi telah menjadi istri yang selalu setia dan memberikan semua fasilitas yang ada meski aku masih jauh dari sempurna seperti yang kau impikan.

Leave a comment